Karsa Membiru


         Sebagian tak ditampakan
         Sebagian lalu dicampakan
         
         Menggebu, tapi tertahan
         Menderu, tapi tak didengar
         Mengusik, tapi dihiraukan


Jiwa terbentuk atas respon syaraf yang melihat dan merasakan realita dari bentukan sebuah konstruksi, berasumsi bahwa jiwa adalah sebuah hal yang tak pernah bisa diinterpretasikan dengan satu jalan. 

Kita membentuk jiwa untuk sebuah hal atas keinginan yang membentuk batas antara intuisi dan pikiran, namun kita tidak pernah bisa memilih salah satu jalan tersebut.


Mengikuti pikiran, mati
Mengikuti intuisi, binasa.


Lalu?


Hidup hanya akan peduli pada mereka yang masih berani berdiri atas dasar mereka mengerti untuk apa harapan hadir, dan menjadikan harapan sebagai seonggok hal untuk membuat diri merasa bahwa hidup bukan hanya tentang lingkaran kecil dengan satu diksi, tapi sebuah lingkaran universal yang bermula dari diksi satu menjadi satu kesatuan diksi yang terisi.


Kita semua mempunyai peran, 
pahami, 
camkan pada diri, 
lalu tanam.


Jangan pernah letih, ilusi itu hanya akan membawa pada sebuah keluhan yang tak ada artinya. Menjadikan diri hanya sebagai tameng dan semakin membuat topeng kebohongan menjadi lebih tebal. 


Resapi,
Syukur,
Tebarkan.


Walau karsa mengerang kencang meneriakan kesedihan, itu hanya sementara. Jangan biarkan semua luapan emosi membuat diri tak bisa menduduki kerajaan dari sebuah amanah nama.


Kembalilah, menjadi manusia.