Apa yang menjadikanmu, haruskah menjadi mu?

Realitas hadir untuk menemukan perbedaan cerita seseorang, dia memainkan peran yang begitu dalam untuk sebuah sejarah catatan seseorang. Dia merekam semua apa yang terjadi pada masa lampau, hari ini dan besok yang akan terus merekam jejakmu.  Dia menghamburkan begitu banyak makna, isi, bahkan luka untuk menjadi sebuah biografi.

Apa yang menjadikanmu, haruskah menjadi mu?

Kamu adalah satu orang, kamu adalah seseorang, kamu adalah cerita pada realitas kehidupan mu yang membuat mu berbeda dari orang lain. Realitas membuat mu mengecam pada kehidupan mu, realitas membuat mu seolah kau punya sebuah buku sendiri yang best-seller untuk memenuhi hasrat imajinasi mu, tapi tidakah kamu percaya bahwa orang lain dapat merasakan realitas mu hanya dengan sekedar meniliti pada cerita hidup mu? Yang kau ceritakan dengan banyak emosi? Dengan penuh body language untuk memenuhi rasa dari cerita mu?

Aku bukanlah diriku dalam cerita orang lain
Tapi aku adalah aku dalam sebuah buku kehidupanku
Pendam, luka, rindu, senja aku merasakan
bukan untuk dikaitkan 
tapi untuk menganalogikan
Bahwa hidup seharusnya berbeda
Bahwa hidup seharusnya membawa berkah
Tanpa menghakimi sebuah berkah
Kau lahir didunia berkat berkah

Orang lain tidak akan pernah tau bagaimana rasanya luka, orang lain takkan mengerti bagaimana rasanya senja walau hanya bertahan tidak lebih selama satu jam, orang lain takkan pernah tau bagaimana rasanya cinta kepada diriMu, dan orang lain takkan mengerti bagaimana caranya paham sepaham-pahammnya bagaimana hidup dalam realitas mu.

Orang lain hanya bisa memahami dari bagaimana kamu bercerita, orang lain hanya paham bagaimana kamu memandang senja dalam sebuah tulisan atau foto, orang lain hanya paham bagaimana mereka merasakan rasa yang sama ketika kamu menceritakan dengan rasa.

Untuk menjadi kamu, apakah aku harus membuat realitas ku sama dengan mu? Apakah hidupku harus diubah ke setting yang kau sudah preset kan untuk sebuah zona nyaman untukmu? Apakah mereka akan merasakan itu?

Kau yang masih menjadi budak dari cerita orang lain, kau bukan sekadar itu. Kau lebih dari itu. Kau punya hidup yang lebih bewarna meski warna itu sewarna darah murni, tapi itu warna hidupmu. Bersyukur lah, kau masih mempunyai warna yang berbeda, warna yang kau ambil dari sebuah spektrum yang begitu luasnya, kau hadir untuk memenuhi spektrum itu. Kau bukan hasil dari kesia-siaan, tapi kau hasil dari sebuah keberkahan hidup walau hidupmu tidak seberkah itu. Namun, itulah hidup, kau akan mengerti pada waktu, cepat atau lambat, keras atau lembut, bergerigi atau halus, hitam atau putih. 

Hidup itu selayaknya mengerti
Tanpa membuat subjek menjadi ganti
Tanpa berpikir mereka akan pergi,
pergi untuk berpihak pada diriNya
Kau bukan sebuah titik
Melainkan tanda petik,
dua titik koma

Debu pun selalu punya andil, bahkan atom masih mengambil andil posisi yang penting dalam dunia kimia. Sadarlah bahwa masih banyak kepedulian orang, jangan menganggap remeh untuk sekadar sapaan, jangan menganggap remeh untuk sekadar tanya kesehatan, jangan menganggap sepele tentang realitas seseorang. 

Kita dibuat untuk dipersatukan, kita dibuat untuk memenuhi paham bahwa sebenarnya kita mengerti apa itu hidup, kita dibuat untuk memperdalam sebuah rasa, kita disatukan untuk sebuah alasan, kita bersatu untuk kesatuan yang kekal, kita berdiskusi untuk memahami sebuah realitas.

Untuk memahami mu, tak perlu aku menjadi mu
Luka yang tergores hanya dimengerti dengan senyuman mu
Senja yang jingga akan tergores pada mata indah mu
Kesedihan yang mendalam akan terukir pada mimik wajah mu
Aku tak perlu menjadi mu
dan
Kamu tak perlu menjadi aku
Tak perlu melakukan luka yang sama untuk mendapat luka sesakit itu
Tak perlu melakukan hal gila untuk mendapatkan buaian itu
Tak perlu menjadi orang lain untuk mendapatkan cerita itu

Hanya menjadi kamu dan aku
Kita bisa menjadi cerita yang besar
Untuk sebuah kepahaman
Antara kehidupan Yin-Yang